Cerita
ini adalah satu dari sekian banyak penyebab terjerumusnya anak manusia
ke dalam belenggu narkoba, dan bukan sebagai faktor penentu untuk selalu
menyalahkan orangtua ketika seseorang telah menjadi pecandu. Orang bisa
menjadi pecandu karena beberapa hal, faktor keluarga dan lingkungan
serta pergaulan. Selain itu masih ada faktor lain yang sangat menentukan
yaitu pribadi masing-masing orang.
Beberapa
tahun lalu, saya berkenalan dengan seorang wanita yang hampir sebaya,
cantik, ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Itulah kesan pertama
yang saya dapatkan dari dia. Pertemuan pertama kali di sebuah pusat
perbelanjaan di sekitar Pancoran Jakarta Selatan itu, akhirnya berlanjut
menjadi sebuah persahabatan yang cukup kental. Dari awal saya sudah
tahu kalau dia merokok, cuma ketika itu, mungkin saya masih bisa merasa
sedikit acuh dan tidak terlalu mampermasalahkannya. Pertemuan pertama
berlanjut kepertemuan kedua, terus berlanjut lagi hingga
pertemuan-pertemuan selanutnya. Singkat cerita, kami mulai berani saling
terbuka, dalam artian saling berbagi pengalaman, tukar cerita, saling
beri nasehat dan memberi perhatian layaknya sahabat karib yang sudah
sedemikian akrab dan lamanya kami bersahabat.
Hingga
pada suatu ketika, entah karena mungkin dia sudah tidak tahu harus
berbuat apa? Harus bercerita kepada siapa? Atau mungkin karena suatu hal
yang saya sendiri tidak tahu apa dan kenapa, suasana pertemuan kami
yang biasanya dihiasi dengan gurauan dan saling melempar hinaan, berubah
menjadi kaku dan sentimentil. Sambil terisak dia menceritakan bahwa dia
sudah cukup lama mengkonsumsi barang laknat yang biasa disebut shabu.
Dia ingin berhenti, Cuma tidak tahu harus bagaimana. Dia sendiri tidak
merasa yakin apakah mampu lepas dari jerat narkoba yang telah
dikonsumsinya selama tujuh tahun ini.
Sebagi
anak seorang pengusaha yang hidup berkelebihan secara materi dengan
uang saku mencapai Rp. 1,5 juta per minggu, sangat memungkinkan bagi dia
untuk mengkonsumsi “barang setan” tersebut kapanpun dia mau. Dari
pertemuan yang sentimentil itu, ia mengaku selama ini tidak pernah
merasakan hadirnya sebuah keluarga dalam hidupnya. Bahkan mungkin dia
sendiri tidak tahu apa arti dari sebuah keluarga. Sebenarnya dia sadar,
yang dibutuhkannya tidak hanya sekedar uang saku yang melimpah namun
juga belaian kasih sayang, arahan, bimbingan dan pelukan dari orang tua.
Tapi apa mau dikata? Orang tuanya hanya memberikan kepuasan lahiriyah
tanpa mempedulikan kepuasan batiniah anak-anaknya. Sehingga dalam
kindisi jiwa yang sangat labil karena tertekan kebutuhan kasih sayang
dan perhatian, ditambah dengan dukungan materi yang mencukupi, akhhirnya
terjerumuslah dia kedalam suatu kehidupan yang sebenarnya dia sendiri
tidak pernah menginginkannya.
Pecandu
narkoba bisa lepas dari jeratan barang haram itu hanya dengan dorongan,
dukungan dan kasih sayang keluarga. Jika faktor keluarga tidak termasuk
didalamnya sebagai terapi paling ampuh, hanya Tuhan yang tahu kisah
berikutnya. Karena dalam hati dan keyakinan saya, sebenarnya yang perlu
diberi saran dan nasehat adalah kedua orangtuanya. Terjerumusnya dia
kedalam pelukan narkoba, lantaran karena tidak adanya perhatian dari
orangtuanya, yang seharusnya bisa selalu memberikanhal itu tanpa perlu
diminta oleh anak-anaknya. Waktu pun terus berlalu hingga saya akhirnya
kehilangan kontak dengan dia. Entah sekarang dia seperti apa dan
bagaimana, saya tidak tahu, Cuma dari dalam hati yang paling dalam saya
hanya berharap semoga dia telah mendapat petunjuk-Nya dan bisa keluar
dari narkoba
Komentar :
Posting Komentar