Jauhi
Narkoba, Pilihan Berat Tapi Sehat, kamar kos mahasiswa di bilangan Desa
Hegarmanah, Kec. Cikeruh, Kab. Sumedang itu begitu pengap. Kepulan asap
memenuhi ruangan kamar mungil berukuran 4×6 meter persegi itu. Susah
sekali mencari oksigen “murni” untuk bernapas. Kendati demikian, tiga
pemuda tampak sama sekali tak merasa terganggu oleh keadaan tersebut.
Terus saja mereka mengisap lintingan kertas di tangan dan kemudian
menyedot asapnya dalam-dalam. Rijal (20), Fulan (20), dan Ghulam (21),
sebut saja begitu nama-nama mahasiswa. Nikmat sekali tampaknya. Tak
heran, seolah tak ada sedikit pun asap yang luput dari sedotan mereka.
Padahal,
sebagian asap sudah melayang di udara, bahkan di antaranya sudah ada
pula yang hampir berberai. Sekilas, apa yang mereka isap tak ubahnya
seperti rokok. Hanya, perbedaan langsung terasa begitu mencium “aroma”
asap yang keluar dari lintingan tersebut. “Aroma” itu sangat berbeda
jika dibandingkan dengan rokok. Lebih “banget”, bau, menyesakkan,
sekaligus memeningkan kepala. Ya, ketiga mahasiswa itu sedang
mengisap…ganja! Ketiga mahasiswa itu mengaku belum lama menggunakan
ganja.
Baru
beberapa bulan, kata Rijal, ketika beban studi semakin berat. Bukan itu
saja, ganja juga dijadikan semacam pelarian dari masalah keluarga yang
tengah dihadapinya. “Di saat beban studi saya semakin berat, muncul
masalah keluarga. Tak hanya persoalan ekonomi keluarga, tetapi juga ada
persoalan lain yang membuat saya pusing. Sejak itulah saya ‘berkenalan’
dengan ‘barang’ ini. Diajak temen sih, mulanya. Lama-lama, keenakan dan
tak ingin meninggalkannya,” ungkap Rijal.
Meskipun begitu, Rijal enggan disebut pecandu. Alasannya, dirinya hanya
sesekali mengisap. Itu pun dalam rentang waktu yang agak lama. “Ya,
biasanya sih hanya 2-3 kali dalam sebulan saya mengisap ganja. Kalau
saya benar-benar enggak kuat. Sejauh ini, tak ada pengaruh apa pun pada
diri saya. Apalagi, ketergantungan. Enggak…enggak sama sekali,”
tegasnya. Lain halnya dengan Ghulam. Ia mengaku, sudah lebih dari dua
tahun “bergaul” dengan barang haram tersebut. Saat itu, ia masih
tercatat sebagai salah satu SMU swasta di Kota Jakarta. “Sebagai anak
muda, mulanya hanya pengen coba-coba. Akan tetapi, lama-kelamaan saya
menjadi gandrung dan kemudian kecanduan.
Rasanya,
ada saja yang kurang kalau dalam sehari tidak mengisap ganja,” ujar
bungsu dari tiga bersaudara tersebut. Ketika pertama kali, tambah Fulan,
ada perasaan bersalah pada dirinya. Apalagi, mengingat dirinya
merupakan salah seorang lulusan sebuah ma’had (pondok pesantren)
terkenal di bilangan Jakarta Selatan. “Kadang-kadang, ada keinginan
untuk menghentikan semuanya. Akan tetapi, enggak tahu kenapa, rasanya
berat sekali,” tutur Fulan. BEGITULAH, pengaruh narkoba begitu jahat
sehingga nyawa manusia pun bisa hilang akibat penyalahgunaan zat
terlarang tersebut. Efek yang ditimbulkan narkoba bisa dikategorikan
dalam tiga golongan, yakni depresan (membuat perasaan tenang, euforia),
stimulan (membuat bergairah, tidak heran, jadi pemicu seks bebas!), dan
halusinogen (menimbulkan halusinasi).
Dengan
kenikmatan semu yang ditawarkan narkoba, banyak orang yang terperangkap
di dalamnya sehingga para penyalah guna narkoba sering tidak menyadari
bahwa maut sedang menjemput mereka. Akibat buruknya pengaruh narkoba
tersebut, tidak heran narkoba telah menjadi salah satu pokok
permasalahan krusial di seluruh negara di planet ini. Terkait dengan
penyalahgunaan narkoba atau lebih dikenal sebagai NAPZA (narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif), negara-negara di dunia pun
sepakat berkolaborasi mengentaskan narkoba dari kehidupan manusia.
Karena
itu, peringatan “Hari Madat Sedunia” pun dirayakan di semua negara.
Sekadar mengingatkan bahwa bahaya narkoba selalu mengintai kehidupan
manusia. Dalam perayaan itu pula, dilakukan kegiatan “lights on” atau
menyalakan lampu kendaraan mulai dari pukul 10.00-14.00 WIB. Kegiatan
seremonial semacam ini merupakan dukungan terhadap gerakan antinarkoba.
Tentu saja, peringatan seremonial demikian tidak akan ada artinya tanpa
aksi nyata.
Dalam
hal ini, salah satu persoalan mendasar dari gerakan antinarkoba di
negara kita adalah masih lemahnya komitmen penegakan hukum. Contohnya,
sampai detik ini, penerapan hukuman mati kepada terpidana mati narkoba
belum dilaksanakan. Padahal, dengan hukuman semacam itu, diharapkan
muncul efek jera kepada para pengedar narkoba. Selain itu, kita sebagai
bagian dari masyarakat Indonesia juga bisa berkontribusi terhadap aksi
nyata memberantas narkoba, yakni dengan memilih hidup sehat.
Jauh
dari narkoba, berarti kita sudah melakukan aksi nyata memberantas
pengaruh buruk narkoba. Memang tidak dapat disangkal, pengaruh narkoba
begitu jahat, mengubah seseorang yang awalnya berkarakter baik menjadi
jahat, seseorang yang awalnya sehat menjadi sakit bahkan semaput. Gaya
hidup materialistis dan hedonistis memicu banyak orang untuk
menyelesaikan persoalan hidup dengan cara-cara instan. P
arahnya,
penggunaan narkoba juga dijadikan sebagian orang sebagai cerminan gaya
hidup kosmopolitan. Ini benar-benar salah kaprah. Hanya gara-gara banyak
pengguna narkoba artis ternama atau atlet ternama, sejumlah anak muda
yang mengidolakan mereka juga ikut-ikutan menggunakan zat terlarang
tersebut. Sudah banyak kasus di dunia ini yang memperlihatkan kepada
kita betapa jahatnya narkoba itu. Kematian sejumlah orang ternama seperi
Elvis Presley, Marlyn Monroe, juga disebabkan oleh penyalahgunaan
narkoba. Belum lagi, kelompok masyarakat lainnya yang tidak terdeteksi
oleh media massa.
Karena
begitu kejamnya pengaruh narkoba terhadap kehidupan manusia, dunia pun
sepakat narkoba harus diberantas. Dalam hal ini, United Nations Office
for Drugs and Crimes (UNODC) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
urusan Narkoba sepakat memperingati hari atimadat sedunia setiap tanggal
26 Juni. Melalui peringatan tersebut, setidaknya, setiap tahun pada
tanggal tersebut, kita diingatkan bahwa narkoba adalah maut bagi
kehidupan manusia. Narkoba harus dijauhkan dari kehidupan manusia.
Dalam hal ini, ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” adalah
solusi jitu untuk mengeradikasi masalah narkoba dari kehidupan manusia.
Dengan hidup jauh dari narkoba maka kita akan hidup sehat. Untuk
itulah, tepat kiranya pada peringatan hari antimadat sedunia tahun ini,
UNODC menetapkan tema universal yakni “Value Yourself…Make Healthy
Choices.” Dengan tema ini, kita disadarkan bahwa jika kita memang sayang
pada tubuh kita maka kita pun harus membuat pilihan-pilihan hidup yang
sehat. Dengan mengatakan tidak pada narkoba, kita sudah melakukan
pilihan hidup yang positif.
Tubuh
kita adalah karunia dari Tuhan. Karena itu, sudah seharusnya kita juga
menghargai hasil ciptaan Tuhan dengan menjauhkan tubuh kita dari hal-hal
yang dilarang oleh-Nya. Sayangilah tubuh kita. Misalnya, dengan tidak
merokok, kita sudah menjauhkan narkoba dari tubuh kita. Pasalnya
berdasarkan penelitian merokok adalah gerbang menuju seseorang menjadi
pemadat. Lagi pula, rokok itu juga sudah terbukti merusak kesehatan.
Pilihan yang sulit memang. Tetapi, jika kita berpikir rasional, sudah
pasti kita akan meninggalkan rokok.
Komentar :
Posting Komentar