daftar isi

recent Post

Senin, 31 Oktober 2011

Pengaruh Ganja

Jauhi Narkoba, Pilihan Berat Tapi Sehat, kamar kos mahasiswa di bilangan Desa Hegarmanah, Kec. Cikeruh, Kab. Sumedang itu begitu pengap. Kepulan asap memenuhi ruangan kamar mungil berukuran 4×6 meter persegi itu. Susah sekali mencari oksigen “murni” untuk bernapas. Kendati demikian, tiga pemuda tampak sama sekali tak merasa terganggu oleh keadaan tersebut. Terus saja mereka mengisap lintingan kertas di tangan dan kemudian menyedot asapnya dalam-dalam. Rijal (20), Fulan (20), dan Ghulam (21), sebut saja begitu nama-nama mahasiswa. Nikmat sekali tampaknya. Tak heran, seolah tak ada sedikit pun asap yang luput dari sedotan mereka.
Padahal, sebagian asap sudah melayang di udara, bahkan di antaranya sudah ada pula yang hampir berberai. Sekilas, apa yang mereka isap tak ubahnya seperti rokok. Hanya, perbedaan langsung terasa begitu mencium “aroma” asap yang keluar dari lintingan tersebut. “Aroma” itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan rokok. Lebih “banget”, bau, menyesakkan, sekaligus memeningkan kepala. Ya, ketiga mahasiswa itu sedang mengisap…ganja! Ketiga mahasiswa itu mengaku belum lama menggunakan ganja.
Baru beberapa bulan, kata Rijal, ketika beban studi semakin berat. Bukan itu saja, ganja juga dijadikan semacam pelarian dari masalah keluarga yang tengah dihadapinya. “Di saat beban studi saya semakin berat, muncul masalah keluarga. Tak hanya persoalan ekonomi keluarga, tetapi juga ada persoalan lain yang membuat saya pusing. Sejak itulah saya ‘berkenalan’ dengan ‘barang’ ini. Diajak temen sih, mulanya. Lama-lama, keenakan dan tak ingin meninggalkannya,” ungkap Rijal.
Meskipun begitu, Rijal enggan disebut pecandu. Alasannya, dirinya hanya sesekali mengisap. Itu pun dalam rentang waktu yang agak lama. “Ya, biasanya sih hanya 2-3 kali dalam sebulan saya mengisap ganja. Kalau saya benar-benar enggak kuat. Sejauh ini, tak ada pengaruh apa pun pada diri saya. Apalagi, ketergantungan. Enggak…enggak sama sekali,” tegasnya. Lain halnya dengan Ghulam. Ia mengaku, sudah lebih dari dua tahun “bergaul” dengan barang haram tersebut. Saat itu, ia masih tercatat sebagai salah satu SMU swasta di Kota Jakarta. “Sebagai anak muda, mulanya hanya pengen coba-coba. Akan tetapi, lama-kelamaan saya menjadi gandrung dan kemudian kecanduan.
Rasanya, ada saja yang kurang kalau dalam sehari tidak mengisap ganja,” ujar bungsu dari tiga bersaudara tersebut. Ketika pertama kali, tambah Fulan, ada perasaan bersalah pada dirinya. Apalagi, mengingat dirinya merupakan salah seorang lulusan sebuah ma’had (pondok pesantren) terkenal di bilangan Jakarta Selatan. “Kadang-kadang, ada keinginan untuk menghentikan semuanya. Akan tetapi, enggak tahu kenapa, rasanya berat sekali,” tutur Fulan. BEGITULAH, pengaruh narkoba begitu jahat sehingga nyawa manusia pun bisa hilang akibat penyalahgunaan zat terlarang tersebut. Efek yang ditimbulkan narkoba bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yakni depresan (membuat perasaan tenang, euforia), stimulan (membuat bergairah, tidak heran, jadi pemicu seks bebas!), dan halusinogen (menimbulkan halusinasi).
Dengan kenikmatan semu yang ditawarkan narkoba, banyak orang yang terperangkap di dalamnya sehingga para penyalah guna narkoba sering tidak menyadari bahwa maut sedang menjemput mereka. Akibat buruknya pengaruh narkoba tersebut, tidak heran narkoba telah menjadi salah satu pokok permasalahan krusial di seluruh negara di planet ini. Terkait dengan penyalahgunaan narkoba atau lebih dikenal sebagai NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif), negara-negara di dunia pun sepakat berkolaborasi mengentaskan narkoba dari kehidupan manusia.
Karena itu, peringatan “Hari Madat Sedunia” pun dirayakan di semua negara. Sekadar mengingatkan bahwa bahaya narkoba selalu mengintai kehidupan manusia. Dalam perayaan itu pula, dilakukan kegiatan “lights on” atau menyalakan lampu kendaraan mulai dari pukul 10.00-14.00 WIB. Kegiatan seremonial semacam ini merupakan dukungan terhadap gerakan antinarkoba. Tentu saja, peringatan seremonial demikian tidak akan ada artinya tanpa aksi nyata.
Dalam hal ini, salah satu persoalan mendasar dari gerakan antinarkoba di negara kita adalah masih lemahnya komitmen penegakan hukum. Contohnya, sampai detik ini, penerapan hukuman mati kepada terpidana mati narkoba belum dilaksanakan. Padahal, dengan hukuman semacam itu, diharapkan muncul efek jera kepada para pengedar narkoba. Selain itu, kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia juga bisa berkontribusi terhadap aksi nyata memberantas narkoba, yakni dengan memilih hidup sehat.
Jauh dari narkoba, berarti kita sudah melakukan aksi nyata memberantas pengaruh buruk narkoba. Memang tidak dapat disangkal, pengaruh narkoba begitu jahat, mengubah seseorang yang awalnya berkarakter baik menjadi jahat, seseorang yang awalnya sehat menjadi sakit bahkan semaput. Gaya hidup materialistis dan hedonistis memicu banyak orang untuk menyelesaikan persoalan hidup dengan cara-cara instan. P
arahnya, penggunaan narkoba juga dijadikan sebagian orang sebagai cerminan gaya hidup kosmopolitan. Ini benar-benar salah kaprah. Hanya gara-gara banyak pengguna narkoba artis ternama atau atlet ternama, sejumlah anak muda yang mengidolakan mereka juga ikut-ikutan menggunakan zat terlarang tersebut. Sudah banyak kasus di dunia ini yang memperlihatkan kepada kita betapa jahatnya narkoba itu. Kematian sejumlah orang ternama seperi Elvis Presley, Marlyn Monroe, juga disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba. Belum lagi, kelompok masyarakat lainnya yang tidak terdeteksi oleh media massa.
Karena begitu kejamnya pengaruh narkoba terhadap kehidupan manusia, dunia pun sepakat narkoba harus diberantas. Dalam hal ini, United Nations Office for Drugs and Crimes (UNODC) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan Narkoba sepakat memperingati hari atimadat sedunia setiap tanggal 26 Juni. Melalui peringatan tersebut, setidaknya, setiap tahun pada tanggal tersebut, kita diingatkan bahwa narkoba adalah maut bagi kehidupan manusia. Narkoba harus dijauhkan dari kehidupan manusia.
Dalam hal ini, ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” adalah solusi jitu untuk mengeradikasi masalah narkoba dari kehidupan manusia. Dengan hidup jauh dari narkoba maka kita akan hidup sehat. Untuk itulah, tepat kiranya pada peringatan hari antimadat sedunia tahun ini, UNODC menetapkan tema universal yakni “Value Yourself…Make Healthy Choices.” Dengan tema ini, kita disadarkan bahwa jika kita memang sayang pada tubuh kita maka kita pun harus membuat pilihan-pilihan hidup yang sehat. Dengan mengatakan tidak pada narkoba, kita sudah melakukan pilihan hidup yang positif.
Tubuh kita adalah karunia dari Tuhan. Karena itu, sudah seharusnya kita juga menghargai hasil ciptaan Tuhan dengan menjauhkan tubuh kita dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Sayangilah tubuh kita. Misalnya, dengan tidak merokok, kita sudah menjauhkan narkoba dari tubuh kita. Pasalnya berdasarkan penelitian merokok adalah gerbang menuju seseorang menjadi pemadat. Lagi pula, rokok itu juga sudah terbukti merusak kesehatan. Pilihan yang sulit memang. Tetapi, jika kita berpikir rasional, sudah pasti kita akan meninggalkan rokok.

Related Post



Komentar :

ada 0 komentar ke “Pengaruh Ganja”

Posting Komentar

Tutorial Blog

Arsip Blog

Labels

Recent Comments

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

luv

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by InFoGauL